Senin, 16 Mei 2011

Biar Karyawan Loyal

Jesper Kunde menyatakan bahwa no customer commitment without employee commitment. Artinya, membangun loyalitas karyawan is a must. Karyawan merupakan ujung tombak yang akan ’mengibarkan’ bendera perusahaan. Lalu, bagaimana caranya membangun loyalitas karyawan? Inilah kiat-kiatnya!. Coba amati karyawan anda dengan menggunakan kategorisasi sebagaimana dijelaskan oleh Bilson Simamora berikut:

#1. Karyawan yang berkomitmen: Karyawan puas dan bangga dengan perusahaan. Secara aktif, karyawan akan menceriterakan kebaikan-kebaikan perusahaan kepada orang lain;

#2. Karyawan yang menyukai perusahaan: Mereka merasakan hubungan yang akrab dengan perusahaan. Mereka akan membela nama baik perusahaan;

#3. Karyawan yang puas terhadap perusahaan: Namun kepuasan itu cenderung karena faktor rasional. Mereka mengadakan evaluasi terhadap pekerjaan mereka sekarang dan peluang di tempat lain. Seandainya ada kesempatan yang lebih memuaskan di perusahaan lain, maka karyawan akan pindah;

#4. Karyawan yang bekerja biasa: Karyawan bekerja seperti menjalani rutinitas. Mereka puas atau minimal tidak dikecewakan oleh perusahaan. Mereka jarang mengevaluasi kesempatan ditempat lain, namun bila tahu ada kesempatan yang sama atau lebih memuaskan mereka mudah memutuskan akan pindah;

#4. Karyawan yang merasa tidak memiliki: Mereka mudah saja pindah kerja dengan berbagai alasan, bahkan yang sepele. Kalupun tetap bertahan mereka merasa tidak menjadi bagian dari perusahaan. Disisi lain mereka sebenarnya tidak membenci perusahaan;

#5. Karyawan yang tidak suka tapi pasif: Secara rasional sebenarnya tidak ada masalah, akan tetapi ada faktor lain yang bersifat emosional tidak sesuai. Mereka mengekspresikan ketidaksukaan itu secara pasif. Tetapi mereka belum berpikir pindah kerja;

#6. Karyawan yang tidak puas: Karyawan tidak sekedar bersifat pasif seperti kategori sebelumnya. Mereka sudah hendak keluar dari perusahaan, tetapi karena mereasa rugi (biaya keluar lebih besar) maka mereka bertahan;

#7. Karyawan yang antipati: Karyawan menyatakan kebenciannya secara terus terang. Mereka antipati terhadap manajemen dan program-programnya. Namun mereka belum melakukan tindakan destruktif terhadap perusahaan. Tentu mereka segera akan keluar kalau ada kesempatan kerja di tempat lain, walaupun gajinya lebih kecil;

#8. Karyawan yang memusuhi: Karyawan tidak lagi sekedar benci, tetapi memusuhi perusahaan. Tidak segan-segan mereka akan melakukan sabotase, membocorkan rahasia kepada pesaing, membawa perusahaan kepengadilan, menyebarkan issue yang merugikan perusahaan, dan sebagainya. Sebagai bentuk lain permusuhan, mereka keluar dari perusahaan walaupun tidak ada kesempatan di tempat lain.

Sudah dapat dijawabkah? Bagaimana hasilnya? Apakah mayoritas ada pada kategori 1-2; kategori 3-4 ataukah malah justru berapa pada kategori  5-9? Agar sebagian besar karyawan dari suatu perusahaan dapat berada pada kategori 1-2 maka terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan sehingga karyawan-karyawan mereka dapat menjadi loyal kepada perusahaan, yaitu:

(1) Faktor rasional: Menyangkut hal-hal yang bisa dijelaskan secara logis, seperti: gaji, bonus, jenjang karir  dan fasilitas-fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan;

(2) Faktor emosional: Menyangkut perasaan atau ekspresi diri seperti: pekerjaan yang menantang, lingkungan kerja yang mendukung, perasaan aman karena perusahaan merupakan tempat bekerja dalam jangka panjang, pemimipin yang berkharisma, pekerjaan yang membanggakan, penghargaan-penghargaan yang diberikan perusahaan dan budaya kerja;

(3) Faktor spiritual: Menyangkut kebutuhan rohani, seperti: kepuasan rohani, pekerjaan yang bersifat rohani, sikap perusahaan terhadap misi-misi rohani, pemimpin yang religius dan kesempatan untuk melakukan kegiatan rohani. Silahkan perusahaan anda ‘menghadiahkan’ faktor-faktor tersebut di atas kepada karyawan. Kiat-kiat ini sudah terbukti ampuh membangun loyalitas karyawan di manca negara.

Karyawan-karyawan di Negeri Sakura merupakan contoh yang baik untuk mencermati bagaimana loyalitas karyawan akan mampu menjadi senjata pamungkas untuk memenangkan sengitnya ‘belantara’ bisnis. Bagi mereka (baca: sebagaian besar karyawan di Negara Jepang), bekerja merupakan pengabdian sepanjang titian hidup. Dan sebaliknnya, perusahaan tempat dimana karyawan tersebut bekerja akan menjamin kesejahteraaan mereka dan keluarganya hingga napasnya meregang. Apa hasil yang dipetik? Produktivitas yang sangat tinggi!, bukan?.

Pekerja di Negara Matahari Terbit sangat terkenal dengan -istilah kerennya- workaholich. Semua itu menjadikan karyawan-karyawan di Jepang memiliki produktivitas yang paling tinggi di kolong langit ini. Sehingga tidak mengherankan bila merek-merek dari Negara Jepang menguasai beraneka ragam pasar di manca negara dengan keunggulan bersaing yang sulit untuk dapat ditandingi oleh negara-negara lain dan dibelahan bumi manapun. …Yamaha, Mitshubisi, Toyota, Suzuki, Sony…Minolta, Kawasaki, Sanyo, Casio, Toshiba…Semuanya sungguh ternama, bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar