Jumat, 10 Desember 2010

Love Story Abad 21

Bacharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai teknokrat. Wajar jika banyak orang mengganggap dia lebih kerap menggunakan logika ketimbang mendahulukan sensitivitas perasaan. 

Namun jelas sudah anggapan itu salah. Ketika sang istri tercinta, Hasri Ainun Habibie mangkat 22 Mei 2010 di Munich, Jerman, pembuat pesawat itu pun limbung. Kentara hidupnya seperti tercerabut. Mantan presiden Republik Indonesia itu merapuh sampai nyaris terlihat kosong. Sang dokter yang waspada segera meminta Habibie untuk menulis.

Di sela-sela peluncuran buku Habibie & Ainun di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu(1/12), Habibie mengaku menulis buku untuk menyelamatkan dirinya, terutama karena kondisi psikologis yang memburuk pascakematian sang istri. Menuruti nasihat dokter, Habibie berjuang mencurahkan perasaan menjadi teks tertulis. Dan bisa kita bayangkan bagaimana ia menangis ketika mengenang kebersamaan dengan Ainun, selama 48 tahun 10 hari.

Selama 3,5 bulan Habibie berjuang mengurai perasaan bersalah yang menghantui.  Hasilnya buku setebal 323 halaman yang kemudian diterbitkan The Habibie Center. “Saya sulit sekali memaafkan diri sendiri atas meninggalnya ibu Ainun. Saya merasa tidak mampu menjaga. Padahal sudah saya usahakan dokter terbaik, alat-alat terlengkap, tapi tetap saja dia meninggal dunia.”

Maka selama proses penulisan, perasaan Habibie berkecamuk hebat. Ya, buku itu ditulis dengan air mata.  “Prosesnya 3,5 bulan. Kalau tidak saya lakukan, mungkin saya sekarang sudah menyusul ibu Ainun,” ujarnya.

Berkat menulis, binar matanya yang khas sudah terlihat lagi malam itu. “Sekarang saya sudah bisa bilang, Ainun selalu ada disini,” ujarnya bersemangat, dengan tangan yang mengepal, memukul-mukul dada kirinya. 

Habibie juga melantunkan kidung amor seperti Freddie Mercury, dengan berkata, "Ainun tercipta untuk saya, dan saya tercipta untuk Ainun." Tapi Habibie lebih dari itu, karena untaian syair indah itu dia terjemahkan dalam laku keseharian kepada sang pasangan hati. Terima kasih Allah, Engkau telah menjadikan Ainun dan saya manunggal jiwa, roh, batin, dan hati nurani. Kami melekat pada diri kami sepanjang masa di manapun kami berada..." 

Ini adalah sebuah karya yang ditenun dan dibingkai dengan perasaan cinta suci yang mendalam, tulus dan sarat nilai. Suka-duka penulisnya berdampingan selama 48 tahun dengan Bu Ainun bertumpah-ruah dengan penuh kejujuran dalam karya ini, sebuah karya yang dapat dijadikan ilham bagi para pencari resep spiritual bagi bangunan rumah tangga sakinah, sesuatu yang tidak mudah bagi kebanyakan kita, termasuk saya. (Ahmad Syafii Maarif).

Ini adalah sebuah buku yang luar biasa menarik, amat penting, sebuah buku sejarah Indonesia di 40 tahun terakhir, kisah pengalaman seorang putera utama bangsa Indonesia, tokoh teknologi yang menjadi tokoh politik, sebuah buku yang indah, yang sekaligus cerita cinta, cinta yang menjadi rahmat dari Tuhan. Mempesona! (Franz Magnis-Suseno SJ)

Buku Habibie & Ainun, diterbitkan The Habibie Center. Recommended..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar